Pertemuan Monitoring & Evaluasi Program Penyakit Kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Salah satu penyebab masih terdapatnya penemuan penderita kusta karena masih kurangnya pelaksanaan penyuluhan kelompok dan pengelola program yang terlatih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas dan meningkatkan rasa kepemilikan dan komitmen pemegang program kusta terhadap P2 Kusta di Wilayahnya.
Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Untuk Menurunkan beban kusta ini maka di butuhkan :
- Komitmen pengambil kebijakan untuk memfasilitasi dan mengalokasikan sumber daya yang memadai, termasuk komitmen dari kepala puskesmas.
- Pengelola program yang terlatih.
- Cakupan kegiatan yang optimal serta berkesinambungan (pengelola Kontrak dari Index Cases, RVS di desa endemis, pengobatan yang teratur, penanganan komplikasi dan rujukan serta pengelolaan pencatatan dan pelaporan yang baik.
Hasil dari laporan para pengelola program di setiap puskesmas masih terdapat penderita kusta maka dari itu Seksi P2PM mengevaluasi program kusta dengan melakukan pendekatan sistem, yang dimana dinilai dari input, proses, output, dan outcome serta lingkungan. Cakupan yang dinilai untuk mengevaluasi program pengendalian penyakit kusta di Puskesmas ialah meliputi Prevalensi rate, Angka penemuan penderita baru, Angka kesembuhan (RFT) MB, Proporsi cacat tingkat 2, Proporsi penderita anak, Proporsi MB, Cakupan penyuluhan kelompok, dan Cakupan pencatatan dan pelaporan 100%. Berdasarkan perbandingan nilai cakupan dengan tolak ukur didapatkan masalah tingginya angka penemuan penderita baru, dan tidak ada pelaksanaan penyuluhan kelompok.