Ngobras di Radio Suara Kota Wali dengan tema Kaki Gajah
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak melalui Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada hari senin (16/09) ngobrol bareng di Radio Suara Kota Wali dengan tema Kaki Gajah.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, menjelaskan menjelaskan “Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria (microfilaria) yang dapat menular dengan perantaraan nyamuk sebagai vektor. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidup berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki yang menimbulkan dampak psikologis bagi penderita dan keluarganya. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat, dan negara.
Penyakit Kaki Gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Tetapi vektor utamanya adalah Anopheles farauti dan Anopheles punctulatus. Hasil penelitian menyebutkan bahwa beberapa spesies dari genus Anopheles disamping berperan sebagai vektor malaria juga dapat berperan sebagai vektor filariasis.
Larva infektif yang disebut mikrofilaria memiliki panjang sekitar 200-250 um serta lebar 5-7 um yang bersarung. Bedanya diantara Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, hanya Brugia timori yang sarungnya tidak menyerap pewarna sehingga tidak kelihatan bersarung di mikroskop. Juga yang membedakan ketiga spesies ini, pada spesies Brugia, terdapat inti tambahan terutama di ujung ekor serta karakteristik lain seperti jarak mulut, panjang tubuh. Perkembangan dari larva muda hingga menjadi larva infektif di dalam tubuh nyamuk berlangsung selama 1-2 pekan sedangkan dari mulai masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Meski terkesan gampang sekali tertular oleh nyamuk, namun pada kenyataannya diperlukan ratusan hingga ribuan gigitan nyamuk hingga bisa menyebabkan penyakit filarial.
Cacing jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu saja yang mempunyai periodisitas. Pada umumnya, Microfilaria Wucheria bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler dalam paru, jantung, ginjal dan sebagainya.
Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di pedesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Daur hidup parasit ini memerlukan waktu yang panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan belum diketahui secara pasti tetapi diduga kurang lebih 7 bulan. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot toraks. Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium |. Dalam waktu kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium I!. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus disebut larva stadium III. Gerakan larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk sedang aktif mencari darah akan terbang berkeliling sampai adanya rangsangan hospes yang cocok diterima oleh alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada nyamuk untuk mengetahui dimana adanya hospes kemudian baru menggigit. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III bersifat infektif dan mengigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, lalustadium V dan cacing dewasa.
Penyakit filariasis mempunyai gejala dan tanda klinis akut serta kronis. Filariasis akut ditandai dengan gejala demam berulang selama 3 — 5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat. Pembengkakan kelanjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (/imfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (limfedema dini). Filariasis kronis memiliki gejala dan tanda klinis yang meliputi pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada, atau buah zakar. Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan obstruktif menahun. Cara diagnosis penyakit filariasis di antaranya adalah pemeriksaan klinis, pemeriksaan langsung darah segar ujung jari, pemeriksaan darah jari/vena dengan pewarnaan.